SDK SANG TIMUR - BATU

SDK SANG TIMUR - BATU

KASIH - CERDAS - TRANSFORMATIF - PEDULI - PEMBELAJAR PANCASILA
Terakreditasi A
PROFILE

SEJARAH SDK SANG TIMUR BATU

08/Oct/2021

SEJARAH  SANG TIMUR DI BATU




Mgr. Clemens van der Pas, O.Carm beserta para imam ordo Karmel yang berkarya di misi ex karesidenan Malang, Besuki dan Madura, yakin bahwa karya misi tidak mungkin berhasil jika tidak tersedia cukup sekolah bagi anak-anak dan kaum muda. Itu sebabnya, Perfek Apostolik Mgr. Clemens van der Pas, O.Carm mengundang a.l. para Suster Ursulin (OSU), para Frater Bunda Hati Kudus (BHK), para Suster Santa Perawan Maria (SPM), Suster Darah Mulia dan para Sang Timur, ikut serta menggarap Kebun Anggur, khususnya di bidang pendidikan. Moeder Fransisca Cruce, PIJ, Pimpinan Provinsi Belanda, menerima undangan itu lalu mengirimkan enam suster sebagai pionir (perintis) untuk berkarya di Indonesia.






Pada tanggal 4 Mei 1932, enam suster Sang Timur pertama yaitu ; Moeder Andrea Ludwiga PIJ, Sr. Stanislaus Maria PIJ, Sr. Fransisca Josepha PIJ, Sr. Catharina Maria PIJ, Sr. Anna Reineria PIJ, Sr. Reiniera Maria PIJ berangkat dengan kapal “Christian Huygens” dan mendarat di pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya pada tanggal 29 Mei 1932. Mereka dijemput Mgr Clemens van der Pas, O.Carm, Perfek Apostolik Jawa Timur dan Roma Blijdenstein dan diantar ke Pasuruan. Para misionaris ini dengan tekad bulat meninggalkan Tanah Airnya dan bekerja di ladang Tuhan yang masih asing, baik dalam hal cuaca, adat istiadat, makanan dan hal-hal lain yang baru bagi mereka. Semua itu diterima dengan berani, penuh pengorbanan demi keselamatan jiwa-jiwa dan cinta kepada Tuhan. Para misionaris ini dengan tekad bulat meninggalkan Tanah Airnya dan bekerja di ladang Tuhan yang masih asing, baik dalam hal cuaca, adat istiadat, makanan dan hal-hal lain yang baru bagi mereka. Semua itu diterima dengan berani, penuh pengorbanan demi keselamatan jiwa-jiwa, dan dijalani dengan hati penuh cinta kepada Tuhan.Pada tanggal 15 Oktober 1933 misionaris kedua tiba di Indonesia. Beliau adalah    Sr. Josepha Cornelia, PIJ (1933-1977. Misionaris ke-4 tiba di Pasuruan pada tanggal 4 Oktober 1937. Tanggal 2 April 1939 misionaris ke-5 datang di Indonesia.

Di Pasuruan, para suster mulai membuka Sekolah Dasar berbahasa Belanda untuk anak-anak Cina; Holandse Chinese School (HSC) dengan nama Clara Fey. Pada saat itu jaman feudal, tidak semua anak dapat masuk sekolah. Di Pasuruan dimulai Sekolah Dasar “Ongko Loro” (Inlandsche School) khusus untuk anak-anak pribumi dengan nama Santa Maria. Karya pendidikan di daerah misi semakin berkembang. Banyak anak yang belajar di sekolah para suster, tidak hanya di Pasuruan, tetapi juga di kota lain seperti Batu, Malang dan Sumenep. Beberapa kelompok suster misionaris berikutnya dikirim ke Indonesia karena situasi ini. Sampai masa pendudukan Jepang telah ada 17 suster misionaris.

Pada tahun 1935 dibuka biara di Batu, tempat yang sejuk dan dingin dimaksudkan juga untuk tempat “istirahat” dan retret para suster karena terasa berat bagi para suster Belanda untuk bekerja di negara tropis yang panas. Mereka liburan secara bergantian untuk menyegarkan diri lahir batin. Di sini didirikan pula HCS Santo Yosef dan Sekolah Dasar Ongko Loro Santa Maria untuk pribumi.
Mengapa “Suster PIJ” disebut “Suster Sang Timur”di Indonesia?


SANG TIMUR (lukisan Sr. Amabilis PIJ)
 
 
Kongregasi Suster PIJ (Pauperis Infantis Jesu) – dalam bahasa Latin yang artinya Kanak-Kanak Yesus yang Miskin) datang di Indonesia pada zaman Belanda (1932). Rm. Satiman, SJ mengubah nama “PIJ”  menjadi “SANG  TIMUR” dengan sebutan bahasa setempat (bahasa Jawa).
Nama yang sesuai dengan “PIJ” adalah “Sang Timur”. Arti Sang Timur, yaitu:Sang = Hyang (sebutan Tuhan) ; Timur = muda.Sehingga Sang Timur artinya “Raja muda yang baru lahir”.
 
TKK dan SDK Sang Timur Batu bermula dari kepedulian para Suster terhadap anak –anak pada jaman itu. Tepatnya  tanggal 23 November 1935 sekolah diberkati oleh Mgr. Albers O’Carm, uskup Malang di dampingi oleh Pastor Dilmans dan Pastor Wonters (Pastor  Paroki Batu). Hari pertama masuk sekolah Suster Anna Lamberta, PIJ mulai mengumpulkan anak-anak usia TK dan mengajar mereka. Jumlah murid pertama yang terkumpul saat itu 19 anak. beberapa hari kemudian menjadi 35 anak dan terus berkembang menjadi 102 anak.Dalam masa pendudukan Jepang kegiatan sekolah dihentikan. Para Suster mengungsi dan menyelamatkan diri ke Malang.Sesudah kemerdekaan RI, tepatnya tanggal 31 Juli 1948 sekolah di buka kembali.
      

Para Suster dibantu oleh beberapa Guru memulai berkarya lagi dengan semangat yang berasal dari Allah sendiri. Tentu ini menjadi perjuangan tersendiri untuk menghidupkan kembali sekolah yang lama di tinggalkan oleh para Suster. Percaya akan penyelenggaraan Allah itulah yang menjadikan sekolah ini tetap hidup dan berlangsung sampai saat ini. Sampai sekarang sekolah Sang Timur masih menjadi tempat yang diminati oleh orang tua untuk menyerahkan anak-anaknya untuk kami bimbing dan didik selaras dengan semangat Injil dan Beata Clara Fey pencinta anak-anak dan kaum muda.Tumbuhlah cikal bakal Kelompok Bermain tepat pada tanggal 26 Desember 2006 dibuka dan secara resmi diakui sebagai  PAUD yang menerima anak usia 30 hingga saat ini manerima yang berusia 20 thn. Kemudian setelah karya pendidikan TKK dan SDK, pada tanggal 01 Januari 1960 para Suster membuka karya baru yaitu Asrama Putra. Karya Pendidikan dan Asrama berkembang pesat, itu semua karena Penyelenggaraan Ilahi, kerjasama yang baik dari pihak-pihak terkait dan kepercayaan masyarakat. Berkat Tuhan Luar biasa melimpah.

 kembali